Nama Kelompok
Maurice Limiarto – 312010025
Maurice Limiarto – 312010025
Vincent – 312010024
Winsberly - 312010022
1.
Bagaimana keluarga mempengaruhi sosialisasi
konsumen kepada anak-anak, peran apa
yang dimainkan iklan televisi dalam sosialisasi konsumen?
2.
Bedakanlah antara kepercayaan nilai-nilai dan
kebiasaan. jelaskanlah bagaimana pakaian yang dipakai seseorang pada waktu yang
berbeda atau untuk kesempatan yang berbeda dipengaruhi oleh kebiasaan.
3.
Kaum muslim indonesia merupakan bagian terbesar
dari total penduduk negara Indonesia mereka merupakan segmen pasar yang
penting. Bagaimana seorang pemasar makanan kecil atau consumer goods (dapat
secara efektif menargetkan kaum muslim indonesia ini)?
4.
Haruskah restoran pizza hut dijual keseluruh
dunia dengan formulasi yang sama? Dalam kemasan yang sama? Dengan tema iklan
yang sama? Jelaskan jawaban anda!
5.
Mengapa pemimpin pendapat atau opinion leader
merupakan sumber informasi produk yang lebih dapat dipercaya daripada iklan
untuk produk yang sama? jelaskan!
6.
Adakah keadaan dimana informasi dari berbagai
iklan mungkin lebih berpengaruh dibandingkan percakapan lisan? Jelaskan
pendapat anda tsb !
7.
Jelaskan perbedaan model-model ekonomis, pasif,
kognitif dan emosional dalam pengambilan keputusan konsumen.
Jawaban
:
1.
Cara keluarga mempengaruhi sosialisasi konsumen
kepada anak-anak yaitu dengan cara mengajarkan menyikat gigi setiap hari maka
dari itu anak-anak setiap hari mengkonsumsi pemakaian odol untuk menyikat gigi.
Peran yang dimainkan iklan televisi dalam sosialisasi konsumen yaitu dengan teknik brain awareness kepada konsumen melalui iklan-iklan yang lucu dan juga pola cerita yang unik dan menarik perhatian, dengan begitu iklan tsb akan tertanam di benak para konsumen.
Peran yang dimainkan iklan televisi dalam sosialisasi konsumen yaitu dengan teknik brain awareness kepada konsumen melalui iklan-iklan yang lucu dan juga pola cerita yang unik dan menarik perhatian, dengan begitu iklan tsb akan tertanam di benak para konsumen.
2.perbedaan kepercayaan, nilai - nilai dan kebiasaan
nilai - nilai budaya merupakan nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi kepercayaan adalah suatu tingkat dimana seseorang merasa nyaman dan percaya kepada seseorang kebiasaan adalah suatu aktivitas atau sesuatu yang dilakukan terus menerus Pakaian yang dipakai seseorang pada waktu yang berbeda atau kesempatan yang berada dipengaruhi oleh kebiasaaannya menyesuatukan situasi dan kondisi dimana seseorang tersebut memakai pakaian resmi dan rapi apabila ada pertemuan penting. Dan ia akan memakai pakaian tidak resmi pada saat bersantai.
nilai - nilai budaya merupakan nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi kepercayaan adalah suatu tingkat dimana seseorang merasa nyaman dan percaya kepada seseorang kebiasaan adalah suatu aktivitas atau sesuatu yang dilakukan terus menerus Pakaian yang dipakai seseorang pada waktu yang berbeda atau kesempatan yang berada dipengaruhi oleh kebiasaaannya menyesuatukan situasi dan kondisi dimana seseorang tersebut memakai pakaian resmi dan rapi apabila ada pertemuan penting. Dan ia akan memakai pakaian tidak resmi pada saat bersantai.
3.
Sebenarnya hanya dengan meluluskan uji kehalalan
dan mendapatkan logo halal dapat menarik konsumen para kaum muslim di
indonesia. Juga melakukan teknik penjualan makanan kecil sesuai event kaum
muslim semisal kue-kue lebaran.
4.
Menurut kelompok kami restoran pizza hut harus
menjual dengan formulasi yang sama keseluruh dunia, karena restoran pizza hut
itu adalah perusahaan franchise dan harus dijual dengan formulasi dan mutu yang
sama di setiap restoran pizza hut. Namun untuk kemasan dan iklan tidaklah harus
sama karena di tiap-tiap negara atau kota memiliki keminatan dan keunikan
masing-masing yang bisa menarik minat masing-masing konsumen di berbagai negara
atau kota.
5.
Para pemimpin pendapat merupakan sumber
informasi yang sangat dipercaya karena biasanya dianggap objektif memberikan
informasi atau nasehat yang menyangkut produk atau jasa yang mereka berikan.
Maksud baik mereka dianggap sesuai dengan kepentingan terbaik para penerima
pendapat karena mereka tidak menerima imbalan untuk nasehat tesebut dan jelas
tidak mempunyai alasan khusus untuk melakukan perbuatan tersebut. Sedangkan
untuk iklan terkadang tidak berdasarkan kenyataan dan sering melebih-lebihkan
tentang produk tersebut dengan tujuan menarik perhatian konsumen.
6.
Menurut kelompok kami ada kemungkinan informasi
dari berbagai iklan lebih berpengaruh dibanding percakapan lisan dikarenakan
informasi dari percakapan lisan terkadang tidaklah akurat dan juga kurang bisa
di buktikan, lain halnya dengan iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan produk
tersebut.
7.
Pandangan ekonomi
Dalam bidang ekonomi teoritis yang menggambarkan dunia persaingan sempurna kosumen sering diberi ciri sebagai pengambil keputusan yang rasional. Model ini, yang disebut teori manusia ekonomi, telah dikritik oleh para peneliti konsumen karena beberapa alasan. Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi seseorang konsumen harus: (1) mengetahui semua alternatif produk yang tersedia, (2) mampu memeringkat setiap alternatid secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya, (3) mampu mengenali satu alternatif yang terbaik. Tetapi, kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang cukup akurata ataupun tingkat keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk memebuat apa yang dinamakan keputusan yang “sempurna”.
Dalam bidang ekonomi teoritis yang menggambarkan dunia persaingan sempurna kosumen sering diberi ciri sebagai pengambil keputusan yang rasional. Model ini, yang disebut teori manusia ekonomi, telah dikritik oleh para peneliti konsumen karena beberapa alasan. Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi seseorang konsumen harus: (1) mengetahui semua alternatif produk yang tersedia, (2) mampu memeringkat setiap alternatid secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya, (3) mampu mengenali satu alternatif yang terbaik. Tetapi, kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang cukup akurata ataupun tingkat keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk memebuat apa yang dinamakan keputusan yang “sempurna”.
- Pandangan
pasif
Yang sangat berlawanan dengan pandangan ekonomi rasional mengenai konsumen adalah pandangan pasif yang menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Dalam pandangan pasif, para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional, siap menyerah kepada tujuan dan kekuasaaan pemasar.setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu, model pasif konsumen didukung oleh tenaga penjual kawakan yang unggul dan suka bekerja keras yang terlatih memandang konsumen sebagai obyek yang akan dimanipulasi.
- Pandangan
kognitif
Model ketiga menggambarkan konsumen sebagai pemecah masalah dengan cara berpikir. Dalam kerangka ini, konsumen sering digambarkan sebagai mau menerima maupun dengan aktif mencari produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka dan memperkaya kehidupan mereka. Model ini memfokuskan kepada proses konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merk dan saluran ritel yang dipilih.
Dalam konteks model kognitif, konsumen dipandang sebagai pengolah informasi. Pengolahan informasi menghasilkan fomasi pilihan dan, akhirnya, minat membeli. Pandangan kognitif juga mengakui bahwa konsumen tidak mungkin berusaha memperoleh semua informasi yang tersedia megenai setiap pilihan. Malahan konsumen mungkin menghentikan usaha pencarian informasi ketika merasa bahwa mereka sudah cukup memperoleh mengenai informasi beberapa alternatif untuk mengambil keputusan yang “memuaskan”. Sebagaimana dikemukakan oleh pandangan mengenai pengolahan informasi ini, para konsumen sering mengembangkan kaidah jalan pintas (yang disebut heurastik) untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Mereka juga menggunakan berbagai kaidah keputusan untuk mengatasi keterbukaan terhadap informasi yang terlalu banyak (yaitu, informasi yang berlebih-lebihan).
- Pandangan
emosional
Walaupun sudah lama menyadari adanya model pengambilan keputusan yang emosional atau impulsif (menurutkan desakan hati), para pemasar sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun model pasif. Tetapi, kenyataanya setiap kita mungkin menghubungkan perasaan yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran, rasa sayang, harapan, seksualitas, fantasi, dan bahkan sedikit “keajaiban” dengan berbagai pembelian atau kepenilikan tertentu semua perasaan atau emosi ini mungkin sangat mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar